⚖️ 1. Periksa Legalitas dan Reputasinya
“Langkah pertama: pastikan dia benar-benar advokat yang sah.”
✅ Strategi:
Pastikan memiliki Kartu Advokat dan Berita Acara Sumpah dari Pengadilan Tinggi.
Banyak yang mengaku advokat, padahal belum disumpah atau tidak terdaftar di organisasi resmi.
Cek keorganisasian: Pastikan terdaftar di organisasi yang memiliki SK Menkumham dan diakui oleh Mahkamah Agung (contohnya PERADI versi resmi yang terdaftar di MA).
Telusuri rekam jejak:
Cari namanya di Google/LinkedIn/media hukum.
Lihat apakah pernah terlibat kasus etik, skandal, atau sengketa dengan klien.
Klien korporasi dapat minta track record atau surat rekomendasi.
💼 2. Lihat Spesialisasinya, Bukan Sekadar Gelarnya
“Tidak ada advokat yang ahli di semua bidang.”
✅ Strategi:
Pastikan lawyer memiliki pengalaman spesifik pada jenis perkara Anda, misalnya:
Hukum korporasi dan perizinan,
Litigasi perdata dan pidana,
Sengketa tanah dan agraria,
Kepailitan dan PKPU,
Hukum keluarga atau waris, dll.
Tanyakan contoh perkara serupa yang pernah ditanganinya dan bagaimana hasilnya.
Hindari advokat yang menjanjikan hasil (“pasti menang”) — advokat profesional hanya bisa memberi estimasi berdasarkan hukum dan bukti, bukan janji.
🧭 3. Uji Integritas dan Etika Profesional
“Advokat yang baik lebih menjaga nama baik Anda daripada sekadar memenangkan perkara.”
✅ Strategi:
Perhatikan apakah advokat:
Transparan soal biaya dan tidak meminta “uang pelicin”.
Menjelaskan risiko hukum dengan jujur, bukan hanya menjual optimisme.
Menolak strategi yang bertentangan dengan hukum atau moral.
Anda bisa menilai integritas dari cara dia menjelaskan kasus: apakah objektif, logis, dan tidak menyerang pribadi pihak lawan.
📊 4. Perhatikan Sistem Kerjanya
“Profesionalisme terlihat dari cara kerja, bukan retorika.”
✅ Strategi:
Lawyer yang baik punya:
Kontrak kuasa hukum (Surat Kuasa Khusus) dan surat perjanjian jasa hukum (MoU) tertulis.
Laporan perkembangan perkara (case progress report) secara berkala.
Dokumentasi tertib — surat, bukti, dan strategi hukum terarsip rapi.
Hindari advokat yang sulit dihubungi, sering menunda, atau tidak punya staf pendukung.
🧠 5. Uji Kemampuan Analisis dan Komunikasi
“Kemampuan menjelaskan hukum dengan jelas adalah tanda dia benar-benar paham.”
✅ Strategi:
Minta lawyer menjelaskan posisi hukum Anda dalam bahasa sederhana, terstruktur, dan realistis.
Perhatikan apakah ia bisa:
Menguraikan fakta dan norma hukum dengan logika,
Menyusun argumen hukum yang sistematis,
Memberi alternatif strategi penyelesaian.
Lawyer yang baik akan lebih banyak mendengarkan dulu sebelum menyarankan langkah.
🤝 6. Nilai dari Hubungan Personal dan Kepercayaan
“Dalam hukum, kepercayaan adalah pondasi kerja sama.”
✅ Strategi:
Pilih lawyer yang menghargai Anda sebagai klien, bukan sebagai “target fee”.
Rasakan apakah dia empatik, memahami kebutuhan Anda, dan tidak menggurui.
Hubungan klien–lawyer yang baik dibangun atas dasar saling menghormati dan keterbukaan.
💰 7. Transparansi Biaya dan Struktur Fee
“Biaya hukum harus jelas sejak awal, bukan berubah di tengah jalan.”
✅ Strategi:
Mintalah perincian biaya (breakdown) sejak awal: honorarium, success fee, biaya operasional, dan pajak.
Advokat profesional tidak keberatan menandatangani perjanjian fee.
Hati-hati dengan advokat yang:
Meminta “biaya menang perkara” di muka,
Tidak memberi bukti pembayaran,
Atau mengaitkan hasil dengan hubungan dengan hakim/pihak tertentu.
🌟 8. Pertimbangkan Kredibilitas Kelembagaan (Law Firm)
“Law firm yang baik punya sistem, bukan hanya nama.”
✅ Strategi:
Cek apakah law firm memiliki struktur organisasi jelas (partner, associate, paralegal).
Lihat reputasi firma di situs web, publikasi, atau kerja sama dengan lembaga lain.
Law firm yang sehat biasanya:
Terdaftar secara hukum (akta pendirian, NPWP, rekening firma),
Memiliki kode etik internal,
Punya sistem manajemen klien (client management system).
⚡ 9. Gunakan Pendekatan “Due Diligence Pribadi”
“Memilih lawyer mirip memilih dokter: riset dulu sebelum menyerahkan hidup Anda.”
✅ Strategi:
Minta referensi dari rekan atau klien lain yang pernah menggunakan jasanya.
Jika korporasi, lakukan due diligence kecil:
Apakah lawyer ini punya riwayat etik di organisasi advokat?
Apakah pernah menjadi saksi ahli atau pembicara di bidang relevan?
Bagaimana portofolio keberhasilannya?
🧩 10. Jangan Tergiur Gaya, Nilai Substansi
“Baju rapi dan bicara lancar tidak selalu berarti kredibel.”
✅ Strategi:
Evaluasi isi, bukan gaya.
Lawyer yang benar-benar baik lebih tenang, faktual, dan berbasis hukum daripada yang gemar membuat sensasi atau menyerang di media.
🏁 Kesimpulan:
Lawyer yang baik adalah perpaduan antara kompetensi, integritas, komunikasi, dan sistem kerja yang transparan.
Jangan terburu-buru memilih hanya karena rekomendasi atau penampilan.
Lakukan verifikasi, dengarkan naluri Anda, dan pilih mereka yang membuat Anda lebih paham hukum, bukan lebih bingung.
No comments:
Post a Comment